FILSAFAT,
CONSTRUCTIVISM, EPISTEMOLOGICAL FOUNDATION OF MATHEMATICS
(Senin, 14 Januari 2013)
Filsafat itu mampu
menjelaskan. Filsafat dalam pembelajaran
matematika bisa dijelaskan berdasarkan pengalaman-pengalaman. Dapat pula dijelaskan melalui teoritis yaitu
teori dan kerangkanya, serta akan lebih kuat jika dengan contohnya.
Bedanya orang yang
belajar filsafat adalah mampu menembus filsafatnya tidak hanya berhenti sampai
di psikologi. Orang yang belajar
pendidikan tetapi tidak belajar filsafat, maka constructivism hanya sebagai resep atau teori yang berhenti di
psikologi saja, misal Piaget. Karena
filsafat constuctivism sejak awal
mulai dari berubah ke tetap, dari persoalan filsafat membongkar mitos dan
membangun logos. Membangun logos adalah to construct. To
construct itu adalah salah satu wujud dari epistemologi (membangun,
memperoleh, menentukan, justifikasi). Constructivism dalam filsafat masih
solid, tetapi jika sudah turun ke bawah maka menjadi tercerai berai.
Dalam filsafat, jika
ada epistemological foundation,
supaya adil pasti ada ontological
foundation (prinsip keadilan), karena antara epistemological dan ontological
tidak bisa dipisahkan. Ada epistemological, ada ontological, pasti juga ada aksiological foundation. Setiap yang ada dan yang mungkin ada bisa
mempunyai foundation. Namun, jika kita berbicara foundation maka hal itu baru separuh
dunia, separuh yang lain adalah anti
foundation (Intuitionism). Dengan demikian dapat pula dibuat epistemological anti foundation of
mathematics, hal itu sebagai bentuk kreatifitas mampu berbicara dan
menerangkan.
Setiap filsafat itu
adalah aliran, demikian juga setiap aliran itu adalah filsafat. Semua metode berpikir bisa dipakai sebagai foundation. Jika kita berbicara epistemological foundation of mathematics, maka tidaklah lengkap
jika tidak disinggung pemikiran dari Kant yaitu sintetik a priori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar